Langsung ke konten utama

KONSEP KETUHANAN

1. Dinamisme
Dinamisme merupakan transide dari bahasa yunani yaitu dynamis yang berarti kekuatan.
Menurut paham ini bahwa masyarakat akan mempunyai keyakinan bahwa benda-benda yang berada di sekelilingnya bisa mempunyai kekuatan bathin yang misterius, biasanya ini terjadi pada masyarakat primitif pemberian nama terhadap kekuatan batin yang misterius , berbeda di masing –masing Negara sesuai dengan bahasa mereka namun tujuan adalah sama yaitu tertuju pada kekuatan bathin itu atau di sebut mana.


Mana merupakan sesuatu yang tidak dapat di lihat yang nampak hanyalah efeknya saja dalam artian dia ada tapi tidak bisa kita lihat.
Mana itu ada yang baik ada yang buruk, paham dinamisme mensejajarkan agar mengambil mana yang baik-baik dan menjahui mana yang lebih buruk karena itu dapat menimbulkan mudarat, kalau kita perhatikan pada saat-saat sekarang ini bahwa “mana” itu sudah mulai pudar di karenakan banyak pemikiran intelek dan juga ke primitifan dari masyarakat itu sudah mulai berkurang di karenakan perubahan pemikiran manusia
2. Animisme
Animisme atau anima yang berarti jiwa yang beranggapan bahwa semua benda baik yang bernyawa atau tidak bernyawa, mempunyai roh, sungguhpun mayarakat serupa ini sudah percaya pada roh, sebagian mereka juga belum membedakan mana materi dan mana roh itu tersusun dari suatu zat atau materi yang halus sekali, yang dekat atau menyerupai uap atau udara, dalam hal ini roh itu makan, mempunyai bentuk dan umur
Dari itu mereka memberikan sajen kepada roh tersebut, roh itu mempunyai kekuatan atau khendak, bisa merasa senang dan marah, maka dari itu masyarakat mencari keridhoannya agar roh itu tidak murka dan marah.
Paham animisme ini, menyatakan bahwa semua yang ada di dunia ini mempunyai roh misalnya: laut, gunung, pohon, maka dari itu masyarakat yang menganut paham ini memberikan makan dengan sesajen atau melakukan Qurban terhadap apa yang mereka yakini mempunyai roh dan yang menarik perhatian mereka nampak jelas kita liat pada agama hindu yang dimana mereka menyembah dan memberikan sesajen kepada apa yang mereka sembah itu misalnya: batu-batu yang unik, pohon besar, domoinan pohon itu pohon beringin.
3. Politeisme
Bahwa roh atau mana itu mempunyai tingkatan-tingkatan terutama nenek moyang menjadi dewa atau tuhan.
Roh dan dewa mempunyai perbedaan hanya pada derajat kekuasaan, penyembahan dewa itu lebih umum di bandingkan dengan roh, sehingga roh itu terbatas hanya pada keluarga saja, di dalam tingkatan-tingkatan dewa itu memilki peran dan fungsi yang berbeda-beda misalnya ada dewa yang mengatur alam dan ada dewa yang menerangi alam ra, dalam agama mesir ada juga dewa yang bertugas menurunkan hujan ke bumi seperti indra dalam agama veda.
Politeisme lebih jelas jumlah roh-roh yang di sembah dan di puja kepada dewa-dewa tidak seperti animisme bentuk dan sifat dari roh itu tidak jelas



4. Henoteisme
Henoteisme adalah paham yang beranggapan hanya ada satu tuhan, tetapi menyakini agama-agama lain mempunyai tuhan, tuhan-tuhan lain ini merupakan musuh atau saingan dari tuhan yang satu itu atau tuhan mereka .
Henoteisme ini belum tergolong pada monoteisme tetapi mendekati
5. Monoteisme
Monoteisme adalah tuhan itu di anggap tunggal atau satu atau hanya ada tuhan semesta alam yang tidak mempunyai saingan yang berdiri sendiri.
Henoteisme mendekati monoteisme hanya perlu selangkah untuk meningkat
Politeisme bisa menjadi monoteisme meskipun tidak melalui henoteisme yakni secara langsung misalnya pada abad ke-14 sm raja pira’un yang mengambil Atom (tuhan matahari) menjadi satu-satunya tuhan bagi seluruh mesir, sedangkan tuhan-tuhannya tidak boleh di sembah dan di puja lagi, maka Atom (tuhan matahari) menjadi tuhan semesta alam.
6. Deisme
Deisme berasal dari kata latin Dues yang berarti tuhan menurut paham ini bahwa tuhan itu berada jauh di luar alam yaitu tidak dalam alam, alam yang di ciptakan tuhan itu berjalan dengan ketentuan yang pasti, bahwa antara ruang alam dengan tuhan itu terpisah, tuhan tidak mengontrol alam setelah di ciptakannya dan alam itu tidak berhajat pada tuhan setelah di ciptakannya, di dalam paham ini do’a tidaklah berarti karena segala sesuatu telah di atur oleh Sunnatullah dan tuhan tidak ikut campur dengan alam, paham ini mengedepankan akal dari pada wahyu, dengan akal mereka bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
7. Panateisme
Panatesme berartikan seluruh tuhan
Paham ini menyatakan bahwa seluruh kosmos ini adalah tuhan artinya segala yang ada di alam ini adalah bagian dari tuhan, paham ini berbanding terbalik dengan deisme, bahwa tuhan itu dekat berada di alam, namun tuhan itu Satu dan disini mempunyai beberapa bagian al:
- Tuhan yang maha besar itu satu adalah satu dan tidak bersalah
- Alam panca indra yang di lihat berubah ini dan yang dimana merupakan bagian dari tuhan adalah ilusi atau hayal belaka.
8. Teisme
Paham teisme ini sama dengan panteisme di karenakan tuhan itu di dalam alam , yang selalu mengontrol alam karena tuhan merupakan sebab terciptanya alam, tuhan itu tetap berhajat pada alam, kosmos ini tidak bisa terwujud tanpa adanya tuhan, di panteisme ini mengakui adanya mu’jizat dan do’a juga mempunyai tempat
9. Naturalisme
Menurut paham ini alam ini berdiri sendiri, serba sempurna beredar dan beroprasi menurut sifat-sifatnya yang terdapat dalam dirinya sendiri, menurut tabi’at/ aturannya
Yaitu menurut hukum sebab dan musabbabnya
Pahan naturalisme ini timbul setelah pengetahuan semakin maju, setelah di ketemukannya hukum alam maka tidak ada lagi misteri di dalam alam ini, masa depan itu di tentukan dari sekarang dengan melalui hukum alam
Sesorang naturalisai telah menyelidiki seluruh langit dengan teleskopnya tetapi ia tidak menemukan tuhan.
10. Ateisme
Ateisme merupakan penyembahan dari naturalisme, ateisme menyatakan bahwa tuhan tidak ada. bahwa alam ini berdiri sendiri serta serba lengkap dan bergerak, menurut undang-undang yang terdapat dalam dirinya sendiri. Paham ini mengedepankan argumennya, kalau tuhan itu ada mengapa ia tidak menyempurnakan segala apa yang kurang di alam ini dan juga mengapa menciptakan alam kalau di kemudian hari ia akan menghancurkannya, paham ateisme ini banyak mengkritik tentang tuhan sehingga mengakui adanya tuhan.
11. Agnoteisme
Paham ini merupakan kebimbangan atau keraguan tentang tuhan, apakah tuhan itu ada atau tidak, yang menyebabkan manusia itu tidak mampu memperoleh pengetahuan tentang tuhan dalam artian manusia itu tidak mengetahui, ini juga di sebut paham Skeptisisme (ragu-ragu) paham agnoteisme tidak dengan tegas menindak adanya tuhan sebagaimana halnya dengan ateisme oleh sebab itu seseorang agnotis bisa percaya dengan adanya tuhan tetapi ia tidak ketahui sifat-sifat yang ada pada tuhan itu.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perkembangan Afeksi Pada Remaja

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan salah satu periode kehidupan yang dimulai dengan perubahan biologis pada masa pubertas dan diakhiri dengan masuknya seseorang ke dalam tahap kedewasaan. . Menurut Singgih perkembangan adalah proses perubahan dalam pertumbuhan pada suatu waktu sebagai fungsi kematangan dan interaksi dengan lingkungannya . Menurut H. Werner perkembangan lebih menujukkan pada perubahan dalam satu arah da bersifat tetap. Perkembangan juga diartikan sebagai ”peruibahan-perubahan yang dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya (maturation) yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah)”. Perkembangan merupakan perubahan psikofisik sebagai hasil dari proses pematangan fungsi psikis dan fisik pada remaja yang ditunjang oleh factor lingkungan dan proses belajar dalam waktu tertentu. Dimana pada perkembangan afeksi remaja ini ju...

“ SIFAT DAN RUANG LINGKUP ILMU POLITIK”

Ilmu politik dapat di bedakan dengam ilmu social lain sejauh hal tersebut berkenan dengan wujud pengawasan atau kekuasaan di dalam masyarakat. Max webar memandang organisasi atau perkumpulan sebagai politk “ bila dan hanya apabila penyelenggaraan tatanan politik di laksanakan secara berkesinambungan dengan penggunaan paksaan terhadap anggota-anggota dalam batas teritorialnya. Ilmu politik dapat di bedakan dengam ilmu social lain sejauh hal tersebut berkenan dengan wujud pengawasan atau kekuasaan di dalam masyarakat. Max webar memandang organisasi atau perkumpulan sebagai politk “ bila dan hanya apabila penyelenggaraan tatanan politik di laksanakan secara berkesinambungan dengan penggunaan paksaan terhadap anggota-anggota dalam batas teritorialnya. Dalam beberapa tahun terakhir ini, kajian ilmu politik lebih di pusatkan pada hubungan-hubungan dan pola-pola intraksi individu dan politik juga lebih di pandang sebagai satu aspek dari prilaku manusia di dalam batas-batas lingkungannya Seb...