Hidup di dalam sistem sosial yang baik dan
bersih adalah merupakan aspektasi dan cita-cita setiap orang. Sistem yang baik
berarti sistem yang tertata dengan rapih, sistematis dan memiliki daya
operasional yang sinergis dan yang terpenting adalah memiliki aspek
keseimbangan (checks and balances) secara sistemik. Sedangkan
sistem yang bersih adalah, implementasi dari seluruh harapan setiap orang yang
menghendaki agar sistem yang sudah baik tadi tidak dinodai oleh tangan-tangan
“kotor”, terjaga dari segala bentuk penyelewengan baik yang terstruktur
ataupun tidak, serta tetap berjalan sesuai koridor aturan yang
semestinya.
Mengingat konteknya adalah sistem sosial,
maka hakekatnya iapun tidak selalu identik dengan sebuah lingkaran kekuasan an
sich (authority power minded), atau dalam penafsiran yang lebih bebas;
bahwa tidak semestinya obyek ini hanya kita pokuskan pada satu pilar dari
sekian banyaknya segmen sosial yang ada, dan apalagi jika pilar itu kita patok
hanya pada pemerintah saja. Akan tetapi obyek ini seharusnya juga terkait
dengan pilar yang “diperintah” (baca; rakyat), sehingga kemudian dalam
mengemban tugas penciptaan sistem yang baik dan bersih tidak saja menjadi
tanggung jawab salah satu segmen secara dikotomis, tapi juga bagi kedua pilar
tersebut. Namun memang akhirnya secara efesien harus muncul political will
dari pemerintah untuk secara sungguh-sungguh dan tidak setengah hati
merealisasikan misi ini. Oleh karenanya, aspek pemerintah sebagai objek menjadi
sangat kental dalam topik bahasan ini.
Paparan singkat ini akan mencoba memberikan
sebuah analisa kritis secara epistemologis bagaimanakah sebuah
pemerintahan (government) dapat dikatakan baik dan bersih, mungkinkah
hal tersebut diwujudkan, sementara stigma kekuasaan yang telah begitu identik dengan
budaya “penghalalan segala cara” dapatkah kita tepis,? lalu akhirnya secara
“percaya diri” kita katakan, bahwa kemungkinan terciptanya sebuah pemerintahan
yang baik dan bersih bukanlah sebuah utopia. Maka dari itu, di awal
pembahasan akan penulis paparkan sebuah renungan teologis Islam atas cita-cita
terwujudnya pemerintahan yang baik dan bersih (good and clean government),
dengan tujuan agar sejatinya usaha kearah ini tidak hanya diresapi sebagai
sebuah kepatuhan bernegara, akan tetapi juga kewajiban beragama; sebab hal itu
memiliki sebuah sandaran ideologis dan nilai spiritualitas yang dianjurkan oleh
semua agama. Setelah itu agar bahasan ini menjadi landing dengan
realitas tanah air, kita akan mencari akar masalah nasional yang tengah
terjadi, untuk mencaritau sejauhmanakah implementasi dari good governance.
Sebuah paparan kritis yang obyektif diharapkan bisa penulis ketengahkan dalam
bahasan di sini, Dan akhirnya sebagai solusi alternatif, sebagaimana
dikemukakan secara simplisistis di muka, bahwa sebagai terapi bagi terciptanya good
and clean government, menjadi penting kehadiran sebuah sistem sosial
(bangsa) yang kita miliki; moralitas yang harus tercipta dari buah kesadaran
dua arah, yaitu kesadaran kultural (budaya) dan struktural. Sehingga dengan
modal ini, pemerintahan yang baik dan bersih tidak lagi menjadi utopis dan
idealis, tetapi juga natural dan realistis.
Selengkapnya download di sini
Komentar
Posting Komentar